Tuesday, 6 September 2016

Praktikum Kelas X - Aplikasi Metode Ilmiah






A.    Tujuan Kegiatan
1.      Membuat proposal percobaan.
2.      Membuat suatu percobaan inovatif dalam bidang biologi, misalnya masalah pangan dan lingkungan.
3.      Mempresentasikan hasil dari percobaan.

B.     Teori Dasar
Pemilihan penggunaan metode peneltian sangat bergantung pada pertanyaan dan tujuan penelitian serta jawaban yang diharapkan. Dengan kata lain, peneliti harus secara seksama menentukan sasaran penelitian serta merumuskan pertanyaan penelitian tersebut secara konkrit. Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak mempergunakan analisis statistik; jadi ia lebih bersifat deskriptif, subjektif dan interpretative. Berbeda dengan metode kualitatif, metode kuantitatif pada dasarnya “menuntut” pengukuran variabel penelitian. Variabel penelitian umumnya dibagi menjadi tiga yaitu variabel control, varibel bebas, dan variabel terikat.
-          Variabel control : variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. (digunakan untuk membandingkan melalui penelitian eksperimen). 
-          Variabel bebas: variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat).
-          Variabel terikat: variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

C.    Alat dan Bahan
-          Alat tulis
-          Internet

D.    Cara Kerja
1.      Setiap kelompok terdiri atas tiga orang.
2.      Merumuskan suatu tema yang akan dangkat menjadi bahan penelitian, boleh dengan browsing internet untuk mencari tema penelitian.
3.      Membuat proposal dengan sistematika yang dijelaskan oleh guru.
4.      Percobaan dilakukan diluar jam sekolah.
5.      Hasil percobaan dibawa pada pertemuan tiga minggu selanjutnya disertai dengan media presentasi mengenai percobaan yang dilakukan.


E.     Hasil Percobaan
Berupa produk sesuai dengan percobaan yang dilakukan kelompok.

F.      Jawab Pertanyaan
1.      Tuliskan judul/tema yang akan Anda teliti!
2.      Tuliskan latar belakang apa yang melandasi Anda untuk melakukan penlitian tersebut?
3.      Apa permasalahan yang ingin Anda kaji dalam penelitian tersebut?
4.      Tentukan variabel control, bebas, dan terikatnya jika penelitian berupa eksperimen. Jika penelitian bersifat deskriptif, uraian secara jelas dan padat!
5.      Adakah hipotesis yang Anda ajukan terhadap penelitian yang Anda lakukan?, tuliskan jika ada!

Thursday, 1 September 2016

Peranan Praktikum dalam Pembelajaran IPA



Sedikitnya ada empat alasan yang dikemukakan para pakar pendidikan  IPA mengenai pentingnya kegiatan praktikum (Woolnough & Allsop, 1985) Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melaksanakan ekspermen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran.
1.      Praktikum dan Motivasi Belajar IPA
Motivasi mempengaruhi belajar siswa yang termotivasi untuk belajar untuk belajar lebih mendalam. Menurut faham psikologi humanisme dalam diri individu terdapat dorongan untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan  (Yelon, 1977: 300). Motivasi ini merupakan motivasi instrinsik yang independen dari motivasi ekstrinsik. Praktikum memberi kesempatan kepada siswa untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini sangat menunjang kegiatan praktikum yang di dalamnya siswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam.
2.      Praktikum Mengembangkan Keterampilan Dasar Bereksperimen
Kegiatan yang banyak dilakukan scientist adalah melakukan eksperimen. Untuk melakukan eksperimen diperlukan keterampilan dasar, seperti mengamati, mengestimasi, mengukur dan manipulasi peralatan biologi. Dalam rangka mengembangkan kemampuan eksperimen pada diri mahasiswa  melalui kegiatan praktikum perlu dilatihkan kemampuan observasi secara  cermat, agar mereka mampu melihat kesamaan dan perbedaan serta menangkap sesuatu yang essensial dari fenomena yang diamatinya. Siswa perlu dilatih  mengukur secara akurat dengan instrumen yang sederhana maupun yang lebih canggih agar dapat memperluas sifat-sifat fisis yang di luar jangkauan indera manusia. Keterampilan menggunakan alat diperlukan agar siswa dapat  menangani alat secara aman. Lebih lanjut teknik yang diperlukan untuk merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen perlu pula dikembangkan melalui kegiatan praktikum.

3.      Praktikum Menjadi Wahana Belajar Pendekatan Ilmiah
Diyakini oleh banyak pakar pendidikan IPA bahwa tidak ada cara terbaik agar siswa belajar pendekatan ilmiah kecuali menjadikan mereka sebagai scientist. Nuffield, suatu proyek pengembangan kurikulum di Inggris, mengembangkan kegiatan praktikum IPA dengan prinsip ini. Namun demikian terdapat penafsiran yang berbeda di kalangan pakar tentang apa yang dilakukan scientist, sehingga berkembang beberapa model dalam organisasi praktikum IPA sesuai perbedaan penafsiran tadi. Penganut faham Francis Bacon memandang pekerjaan scientist adalah mengumpulkan pola hubungan diantara data, dan selanjutnya menemukan teori untuk merasionalisasi semua itu. Pandangan ini melahirkan model praktikum induktif, dari fakta menuju perampatan (generalisasi).
Penganut faham Popper memandang scientist mengawali penyelidikannya dengan suatu hipotesis yang diturunkan dari gabungan antara pengalaman dan kreativitasnya. Lebih lanjut scientist menguji kesalahan atau kebenaran hipotesisnya itu melalui observasi dan eksperimen. Faham ini melahirkan model praktikum verifikasi. Kegiatan praktikum lebih diarahkan  pada pembuktian teori yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Pandangan bahwa scientist sebagai penemu (discovery) pengetahuan dijadikan acuan oleh Amstrong untuk mengembangkan pendekatan hauristik.
Pandangan ini mendapat dukungan dari Bruner dan pakar lainnya. Pada awalnya metode Amstrong menekankan pentingnya kegiatan praktikum secara individual dan dalam kegiatan itu maka mahasiswa bagaikan seorang scientist yang sedang melakukan eksperimen. Dalam kegiatan praktikum mahasiswa merumuskan masalah, merancang eksperimen, merakit alat, melakukan pengukuran secara cermat, menginterpretasi data perolehannya, serta mengkomunikasikannya melalui laporan yang disusunnya.
Penggunaan metode heuristik dalam pendidikan IPA dengan kegiatan praktikumnya mendapat kritik karena lebih menekankan metode inkuiri untuk menemukan daripada "subject matter". Penekanan yang lebih pada penyelidikan menyebabkan terbengkalai-nya pengajaran konsep dari prinsip IPA serta kurangnya kesimpulan yang membuka wawasan mahasiswa tentang aspek aspek IPA yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan masyarakat.
Pandangan lain berasal dari Polanyi yang mengatakan bahwa kegiatan ilmiah perlu dibiasakan sebagai kegiatan keterampilan, bergantung kepada pengetahuan pribadi tentang suatu hal dan pertimbangan atributnya. Melalui pengalaman seorang scientist membangun konsep dan kepekaan terhadap gejala alam yang diamatinya. Dengan demikian sejak kecil siswa sudah dilatih mengembangkan bakat dan minat, sehingga dia dapat menyimpulkan secara intuitif dengan data yang sedikit pada waktu melakukan eksperimen. Model ini dapat dilihat pada proyek-proyek Nuffield untuk biologi lanjutan (advanced).
4.      Praktikum Menunjang Materi Pelajaran
Umumnya para pakar berpendapat bahwa praktikum dapat menunjang  pemahaman siswa terhadap materi pelajaran biologi. Praktikum memberi kesempatan bagi siswa untuk membuktikan teori, menemukan teori atau mengelusidasi teori. Dari kegiatan-kegiatan tersebut maka pemahaman mahasiswa terhadap suatu pelajaran telah merasionalisasi fenomena ini. Banyak konsep dan prinsip belajar IPA dapat terbentuk dalam pikiran mahasiswa melalu proses perampatan (generalisasi) dari fakta yang diamati dalam kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum juga dapat membentuk ilustrasi konsep dan prinsip biologi. Keyakinan akan kontribusi praktikum bagi pemahaman materi pelajaran diungkapkan dengan semboyan: " I hear and I forget, I see and remember, I do and I understand'.