Sedikitnya ada empat alasan yang dikemukakan para
pakar pendidikan IPA mengenai pentingnya
kegiatan praktikum (Woolnough & Allsop, 1985) Pertama, praktikum
membangkitkan motivasi belajar IPA. Kedua, praktikum mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar melaksanakan ekspermen. Ketiga, praktikum
menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang
pemahaman materi pelajaran.
1. Praktikum dan Motivasi Belajar IPA
Motivasi
mempengaruhi belajar siswa yang termotivasi untuk belajar untuk belajar lebih
mendalam. Menurut faham psikologi humanisme dalam diri individu terdapat
dorongan untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan (Yelon, 1977: 300). Motivasi ini merupakan
motivasi instrinsik yang independen dari motivasi ekstrinsik. Praktikum memberi
kesempatan kepada siswa untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa.
Prinsip ini sangat menunjang kegiatan praktikum yang di dalamnya siswa
menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam.
2. Praktikum Mengembangkan Keterampilan
Dasar Bereksperimen
Kegiatan
yang banyak dilakukan scientist
adalah melakukan eksperimen. Untuk melakukan eksperimen diperlukan keterampilan
dasar, seperti mengamati, mengestimasi, mengukur dan manipulasi peralatan
biologi. Dalam rangka mengembangkan kemampuan eksperimen pada diri mahasiswa melalui kegiatan praktikum perlu dilatihkan
kemampuan observasi secara cermat, agar
mereka mampu melihat kesamaan dan perbedaan serta menangkap sesuatu yang
essensial dari fenomena yang diamatinya. Siswa perlu dilatih mengukur secara akurat dengan instrumen yang
sederhana maupun yang lebih canggih agar dapat memperluas sifat-sifat fisis
yang di luar jangkauan indera manusia. Keterampilan menggunakan alat diperlukan
agar siswa dapat menangani alat secara
aman. Lebih lanjut teknik yang diperlukan untuk merancang, melakukan dan
menginterpretasikan eksperimen perlu pula dikembangkan melalui kegiatan
praktikum.
3. Praktikum Menjadi Wahana Belajar
Pendekatan Ilmiah
Diyakini
oleh banyak pakar pendidikan IPA bahwa tidak ada cara terbaik agar siswa
belajar pendekatan ilmiah kecuali menjadikan mereka sebagai scientist. Nuffield, suatu proyek pengembangan kurikulum di Inggris,
mengembangkan kegiatan praktikum IPA dengan prinsip ini. Namun demikian
terdapat penafsiran yang berbeda di kalangan pakar tentang apa yang dilakukan scientist, sehingga berkembang beberapa model
dalam organisasi praktikum IPA sesuai perbedaan penafsiran tadi. Penganut faham
Francis Bacon memandang pekerjaan scientist
adalah mengumpulkan pola hubungan diantara data, dan selanjutnya menemukan
teori untuk merasionalisasi semua itu. Pandangan ini melahirkan model praktikum
induktif, dari fakta menuju perampatan (generalisasi).
Penganut
faham Popper memandang scientist mengawali penyelidikannya dengan suatu
hipotesis yang diturunkan dari gabungan antara pengalaman dan kreativitasnya.
Lebih lanjut scientist menguji
kesalahan atau kebenaran hipotesisnya itu melalui observasi dan eksperimen.
Faham ini melahirkan model praktikum verifikasi. Kegiatan praktikum lebih
diarahkan pada pembuktian teori yang
telah dipelajari siswa sebelumnya. Pandangan bahwa scientist sebagai penemu (discovery) pengetahuan dijadikan acuan
oleh Amstrong untuk mengembangkan pendekatan hauristik.
Pandangan
ini mendapat dukungan dari Bruner dan pakar lainnya. Pada awalnya metode
Amstrong menekankan pentingnya kegiatan praktikum secara individual dan dalam
kegiatan itu maka mahasiswa bagaikan seorang scientist yang sedang melakukan eksperimen. Dalam kegiatan
praktikum mahasiswa merumuskan masalah, merancang eksperimen, merakit alat,
melakukan pengukuran secara cermat, menginterpretasi data perolehannya, serta mengkomunikasikannya
melalui laporan yang disusunnya.
Penggunaan
metode heuristik dalam pendidikan IPA dengan kegiatan praktikumnya mendapat
kritik karena lebih menekankan metode inkuiri untuk menemukan daripada
"subject matter". Penekanan yang lebih pada penyelidikan menyebabkan
terbengkalai-nya pengajaran konsep dari prinsip IPA serta kurangnya kesimpulan
yang membuka wawasan mahasiswa tentang aspek aspek IPA yang berkaitan dengan
lingkungan hidup dan masyarakat.
Pandangan
lain berasal dari Polanyi yang mengatakan bahwa kegiatan ilmiah perlu
dibiasakan sebagai kegiatan keterampilan, bergantung kepada pengetahuan pribadi
tentang suatu hal dan pertimbangan atributnya. Melalui pengalaman seorang
scientist membangun konsep dan kepekaan terhadap gejala alam yang diamatinya.
Dengan demikian sejak kecil siswa sudah dilatih mengembangkan bakat dan minat,
sehingga dia dapat menyimpulkan secara intuitif dengan data yang sedikit pada
waktu melakukan eksperimen. Model ini dapat dilihat pada proyek-proyek Nuffield
untuk biologi lanjutan (advanced).
4. Praktikum Menunjang Materi Pelajaran
Umumnya para
pakar berpendapat bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
biologi. Praktikum memberi kesempatan bagi siswa untuk membuktikan teori,
menemukan teori atau mengelusidasi teori. Dari kegiatan-kegiatan tersebut maka
pemahaman mahasiswa terhadap suatu pelajaran telah merasionalisasi fenomena
ini. Banyak konsep dan prinsip belajar IPA dapat terbentuk dalam pikiran mahasiswa
melalu proses perampatan (generalisasi) dari fakta yang diamati dalam kegiatan
praktikum. Kegiatan praktikum juga dapat membentuk ilustrasi konsep dan prinsip
biologi. Keyakinan akan kontribusi praktikum bagi pemahaman materi pelajaran
diungkapkan dengan semboyan: " I
hear and I forget, I see and remember, I do and I understand'.
No comments:
Post a Comment